Hubungan toxic adalah hubungan yang didalamnya terdapat kekerasan , tekanan, intimidasi. Dalam hubungan toxic ada yang namanya lingkaran kekerasan, dimana lingkaran kekerasan ini sifatnya adiktif, justru bikin kecanduan dengan hubungan itu sendiri karena ada masa bulan madu.
Ada konflik yang kalau dibiarkan, tidak dikelola, akan membesar. Kalau konflik meledak ada kekerasan , marah-marah, teriak teriak pada pasangannya, memukul secara fisik, meludahi , mengeluarkan kata-kata yang menyakiti perasaan yang lain . Itu adalah luapan dari konflik yang terus meningkat.
Kemudian ada fase berikutnya, si pelaku kekerasan akan minta maaf yang disertai perilaku minta maaf banget : “aku menyesal”, “aku salah banget”. Dalam hubungan yang toxic, si pelaku itu dalam minta maaf bisa serius banget, ada yang sampai bersujud, ada yang nangis-nangis. Mengkuti fase minta maaf disinilah masuk fase bulan madu. Ini disebut bulan madu karena rasanya sangat menyenangkan. Si pelaku minta maaf dan korban langsung berubah terhadap kekerasan yang dilakukan sebelumnya. Si korban merasa “Aduh iya ya dia emang pernah bikin salah dan minta maaf, minta maafnya serius banget jadi kayaknya aku akan maafin deh” .
Masa bulan madu ini korban akan membuat justifikasi-justifikasi pada si pelaku : “Ya dia memang suka mukul sih, tapi kan itu dia lakukan karena sayang sama aku”. “Dia marah juga karena gara-gara aku juga , jadi bukan karena dia aja”. Karena biasanya saat bulan madu ini disertai tindakan-tindakan si pelaku yang romantis, bawa bunga, ngajak makan , orangnya menjadi perhatian , lemah lembut.
Untuk orang yang sudah berhubungan seks, ada istilahnya make up seks yaitu hubungan seks yang dilakukan setelah konflik. Contoh itu menunjukkan di saat bulan madu , emosi orang dibalik, dari yang tadinya hancur karena mengalami kekerasan lalu dia melambung lagi , happy, berbunga bunga, punya harapan baru yang sangat indah.
Makanya fase buka ini sangat nyandu. Fase ini yang bikin orang susah keluar dari lingkaran kekerasan. Padahal tinggal tunggu waktunya lagi di mana fase ketegangan demi ketegangan mulai terjadi, konflik demi konflik mulai membesar , memuncak lagi dan pecah lagi. Siklus itu terulang lagi.
Kenapa saya menambahkan penjelasan ini, untuk ngasih tahu relasi yang toxic ini nggak mudah untuk keluar. Hubungan toxic itu nggak selalu ada kekerasan fisik, tapi ada intimidasi, manipulasi, co- dependensi bahwa aku nggak bisa hidup tanpa dia, dia nggak bisa hidup tanpa aku. Hal tersebut membuat sulit orang keluar dari situ, kecuali dia terus mendapat support lalu suatu waktu dia keluar dan akan lebih mudah dia melihat bahwa dia ada di dalam relasi toxic. Bahkan ada orang yang sudah tahu dia berada dalam relasi toxic tapi nggak bisa keluar sampai bertahun tahun.
Hal yang bisa teman-teman lakukan adalah mulai dari diri sendiri mengenali relasi ini. Sedapat mungkin mengajak mereka terlibat dalam pembicaraan tanda-tanda relasi toxic. Tetap tunjukkan dukungan. Memang hubungan toxic itu kompleks sekali tapi bukan berarti tidak bisa keluar dari situ. Hal ini supaya kita tidak cepat menghakimi orang yang terlibat dalam hubungan itu.
Selama saya mengamati orang-orang yang terlibat dalat relasi toxic, saya juga menemukan banyak orang yang dapat keluar dari jenis relasi itu. Semakin banyak kita mengenal orang-orang yang dapat keluar, semakin banyak hal yang dapat kita pelajari untuk keluar dari situ.