Cerita “Pindah Planet !!!” berdasarkan pemahaman dan pengalaman personal 32 remaja perempuan di 3 kota (Yogyakarta, Ponorogo, Klaten) tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi. Setelah merasa aman dan nyaman, 32 remaja ini berani bercerita terbuka dan mengikut serangkaian kegiatan yang menjawab keingintahuan mereka seputar pubertas yang mereka alami.
Mendengarkan cerita mereka membuat masing-masing dari kami di Yayasan Kampung Halaman, teringat berbagai pengalaman serupa. Hal-hal yang kami pahami sebagai bentuk pelecehan seksual, kekerasan berbasis gender, perundungan (termasuk body shaming), kekerasan dalam relasi dan luka lain yang mungkin belum ada istilahnya. Dari proses ini kamu menemukan bahwa jenis, bentuk dan pola kekerasan berulang dan berkembang dari waktu ke waktu
Dari banyak cerita yang terkumpul, kami menentukan cerita utama yang paling banyak dialami oleh remaja perempuan saat ini. Pesan utama kami adalah Berani Bicara, bicara sebagai korban, teman korban atau orang yang melihat peristiwa itu terjadi pada orang lain, agar kita tidak merasa sendiri karena ternyata semua orang mengalaminya.
Remaja jaman now memiliki konsep privacy yang berbeda dengan angkatan sebelumnya. Mungkin karena mereka digital natives, saat melihat kekerasan terjadi pada sahabatnya oleh pacarnya, mereka tidak berani melaporkan. Katanya itu privacy.
Banyak teman perempuan yang terkena PAP dan akhirnya dikeluarkan dari sekolah. Sekolah nggak adil dan orangtuanya tidak peduli.
Ada teman perempuan di sekolah yang PAP nya menyebar, setelah itu dia menghilang entah kemana. Kabarnya dia pindah kota.
Suatu hari di kelas, teman laki-laki berbisik di telinga tanpa izin, katanya “Tetek kamu gede”. Refleks kaki saya menendangnya. Sejak itu dia berhenti.
Hampir semua remaja perempuan pernah diajak berkenalan oleh nomor asing melalui hpnya tanpa pengetahuan yang cukup tentang bagaimana menjaga privasi di dunia online.
Ibu saya kerja jadi TKW sejak saya kecil, sulit membicarakan persoalan keperempuanan saya dengan Bapak.
Ngomongin ini tuh susah Kak, apalagi sama orang tua. Katanya tabu, nggak ilok (nggak pantas). Padahal kan kita perlu tahu.
Saya beberapa uninstall WA dan IG karena sering dapat pesan dari orang yang tidak dikenal. Saya heran kok bisa dia tahu nomor saya.
Suatu hari, saat mandi saya melihat ada mata mengintip, saya tahu itu bapak tiri saya. Sampai sekarang belum tahu bagaimana cara mengatakannya kepada Ibu.
Dulu instastory saya sering menjadi bahan bully kakak kelas perempuan. Akhirnya sejak itu saya mengunci IG saya.
Teman-teman perempuan saya sering dibelikan pulsa sama pacarnya, tapi dia harus mau mengerjakan PR mereka. Nggak cuma itu, pacarnya juga minta hubungan intim.
Banyak remaja perempuan yang ingin tahu apa rasanya memiliki pacar tapi belum tahu harus bagaimana menjaga dirinya atau berkata tidak jika tidak nyaman.
Waktu kecil, saya pernah dicium oleh teman sekelas. Sejak itu saya takut kenalan sama cowok. Tapi sebenarnya saya penasaran apa sih yang mereka pikirkan.
Temuan pada riset film ini membuat kita berkaca bahwa relasi kuasa dimana perempuan dianggap kurang penting, lebih rendah dari laki-laki, masih terus berlangsung dan atau memang dipertahankan.